Hi Irene, I really like you. I mean it. However, I just curious, what is the deal behind your principle not having a sex before your marriage?
Menjadi seorang wanita Asia -yang katanya sweet and cute- pertanyaan di atas sudah puluhan kali saya dengar.
Banyak teman pria (read: non-Indonesia) mempertanyakan hal tersebut kepada saya. Bahkan sempat ada yang mengatakan:
If only, we have more similarities in how we look into a serious relationship (ya masih masalah sex before marriage), I will fall very deep in you. I mean it, I really think that you are a good woman. You know it right?
Karena kerapnya pertanyaan ini menghampiri hidup saya di sini (yang jujur belakangan ini mulai membuat saya mulai terganggu dan bosan), saya mulai berpikir dan menggoreskan alasan-alasan yang saya miliki untuk tidak melakukan sex before marriage.
- Agama saya melarang saya melakukan itu.
- Orang tua saya melarang saya melakukan itu.
- Norma dan lingkungan saya di Indonesia melarang saya melakukan itu.
- Melakukan sex bukan dengan pasangan (termasuk sex before marriage) meningkatkan resiko terkena penyakit menular seksual.
- Saya punya perasaan yang tidak nyaman untuk melakukannya.
List di atas dibuat berdasarkan kekuatan alasan saya. Kenapa saya membuat list? Hal ini saya lakukan untuk mempermudah saya menjawab pertanyaan sebelumnya yang tetap menghampiri saya ketika saya berkenalan dan/atau hang out dengan teman baru (read: non-Indonesia guy).
Tapi ketika saya melihat lagi list jawaban saya di atas, otak ini bertanya sebenarnya apa alasan saya sebenarnya?
Menilik list nomor 1 s/d 3, semua adalah alasan normatif. Norma yang dibuat oleh orang lain. Yang sebenarnya sah-sah saja kalau mau dilanggar asal tidak ada yang tahu. Jika kita langgar tapi tidak ada yang tahu, sanksi sosial juga tidak akan mengikuti bukan? Dan bukan berarti, orang yang melakukan sex sebelum menikah itu orang yang jahat. Iya kan? Menurut saya itu adalah pilihan seseorang, dan kita tidak berhak menilai orang lain dengan standar nilai kita. Mungkin hal ini susah diterima oleh masyarakat umum di Indonesia. Tapi menurut saya pribadi nilai kita sebagai manusia tidak hanya ditentukan oleh batas keperawanan kita. Ini benar-benar pendapat pribadi dan jujur saya.
So, my problem is still there. If so, why I still have the principal not having sex before marriage?
Alasan ke-4 adalah alasan paling scientific (karena studi saya juga berhubungan dengan kesehatan). Tapi kembali lagi, teman saya di sini mendebat saya dengan keberadaan alat kontrasepsi.
You always can use condom you know? So, actually what is the deal Irene?
Pertanyaan ini kembali dipertanyakan, dan ketika saya memberikan jawaban terakhir saya yang menurut saya jawaban paling tidak masuk akal, mereka justru menerimanya dengan sangat baik.
Doing free sex before marriage is just not me. If I do that, I think I am not Irene anymore. I don’t feel comfortable to do that because I just want to do it with one person, my future husband. I want to make it special.
Dengan jawaban itu, mereka hanya memberi komentar, then you shouldn’t do it. Just do what you want to do.
Hal ini membuat saya sadar, jauh di lubuk hati saya yang paling dalam, saya memiliki prinisp dan nilai saya sendiri. Saya hanya perlu jujur pada diri sendiri dan mengikuti prinsip dan nilai yang saya punya untuk menjadi diri saya sendiri. Memilih jalan hidup ini adalah pilihan saya juga yang saya sadari ternyata berdasakan nilai yang sudah lama saya miliki. So, my number 5 reason become my first from now on. :D
Satu hal yang saya syukuri adalah, dengan pertanyaan yang sebenarnya sedikit menyebalkan buat saya, saya menemukan lagi siapa saya sebenarnya. Saya bangga menjadi diri saya sendiri dan tidak terintimidasi lagi dengan pertanyaan tersebut. Karena saya tahu justru dengan karakter dan nilai saya ini, saya berbeda dari wanita lain.
So ladies, adakah dari kalian yang mengalami hal serupa?
Jika iya, jadilah diri kalian sendiri. Jujurlah pada diri kalian sendiri. Walaupun kadang nilai diri kita sangat berbeda dengan lingkungan sekitar, selama kita menyadari core value kita, kita tidak akan hilang arah. Untuk benar-benar bisa mencari tahu siapa sebenarnya diri kita, kita sangat perlu untuk jujur pada diri sendiri dan tidak bersembunyi lagi di balik norma-norma yang membesarkan kita. I know it is hard, but to be honest it feels so good when I can pull that out.
Ini murni pendapat saya pribadi berdasarkan pengalaman hidup saya 😊
Feel free to share you thought with me.
Be a Good girl
ReplyDeleteThank's. I wish you don't have to experience it 😀
DeleteBe a Good girl
ReplyDelete